Chrome Pointer

Jumat, 03 Oktober 2014

[FANFICT] Briefly Final Part

Hari-hari terus berlalu. Sudah setahun hubungan baik antara Fajar dan Nadse terjalin. Maka Fajar mengajak Nadse untuk ketemuan, saat itu suasana sedang hujan lebat. Tapi mereka ketemuan di resto langganan Fajar, dan kebetulan saat itu sedang sepi.
    "Nad, kamu mau nggak jadi pacar aku? Hhehe."
    "Apa? Kamu 
serius? Hmmm.."
    "Iya dong. Masak juga bercanda sih.."
    "Hmmm. Iya deh, aku mau. Hhihii. Ah, malu aku jadinya."
    "Yesss! Aku akan bilang ke Ikhsan, Arya, Yunanda, dan Fauzan kalau aku udah nggak jomblo lagi. Hhahaha.."
    "Hah? Jadi kamu macarin aku cuman karena status aja? Aku kecewa sama kamu Jar!" (Hayolho)
    "Eh, enggak. Beneran aku serius suka sama kamu Nad.."
    "Ah, udah. Aku nggak percaya. Bye!"
Nadse lalu pergi dari resto itu meninggalkan Fajar.
    "Nadse! Kamu mau kemana? Jangan pulang dulu, ini kan hujannya lebat banget!" cegah Fajar.
    "Biarin Jar! Biarin aku kehujanan. Aku lebih suka pulang saat hujan gini. Jadi orang-orang nggak tahu kalau aku sendang nangis.."


    Nadse terus melanjutkan langkahnya.
    "Ini pak uangnya. Terima kasih ya. Nasi goreng disini selalu enak. Hhehe." kata Fajar.


    Ia lalu keluar untuk mengejar Nadse. Namun, Nadse sudah memanggil taxi dan pulang dengan taxi itu.
    "Sialan. Kenapa juga ada taxi? Kejar nggak ya? Hmm. Hujannya lebat banget lagi. Naik motor pun basah kuyub. Nunggu taxi aja deh.."


    Fajar pun lalu menunggu taxi cukup 
lama. Namun tak kunjung datang.
    "Sial. Pulang ajalah.."


    Maka Fajar pun pulang. Sampai dirumah, ia menelpon Nadse. Namun Nadse tidak mengangkat telpon darinya. Maka Fajar mengirim sms.
    “Nadse, please maafin aku. Aku nggak ada maksud buat kecewain kamu. Aku beneran suka sama kamu. Dan kamu aku pacarin bukan cuman karena status, tapi karena aku beneran butuh kamu. Please bales sms ini. Atau seenggaknya 
baca sms ini.


    Sms itu pun tidak dibalas oleh Nadse. Namun Nadse membaca sms itu. Bagaimanapun, Nadse masih sakit hati akan hal itu. Ini 
cinta pertamanya, namun ia harus tersakiti. Begitu juga Fajar, ia juga sangat sakit. Maka ia pun pergi ke danau tempat favourite nya. Ia tiduran disana seperti biasanya. Dan sahabat baiknya ternyata datang kesana satu per satu.
    "Eh, Zan, Yun, San, Ar. Tumben kesini. Ngapain?" tanya Fajar.
    "Nggak papa bro. Kami tahu ada yang lagi sedih, so kami kesini.." kata Fauzan.
    "Ohh. Thanks ya bro.."


    Mereka se
mua pun tiduran menatap langit. Terdiam untuk sesaat.

    "Jar, ngomong-ngomong kenapa dengan Nadse?" tanya Fauzan.
    "Dia salah paham. Dia kira aku macarin dia karena status doang, karena kalian semua punya pacar, dan aku belum.." jelas Fajar.
    "Ohh. Udah nyoba minta maaf?" tanya Fauzan lagi.
    "Udah berkali-kali. Tapi nggak satu pun di bales, telpon pun nggak diangkat.."
    "Hmm. Emang nggak tahu rumahnya ya?" tanya Ikhsan.
    "Kalaupun tahu, aku nggak ada disini sekarang. Hhaha.."
    "Sabar dulu aja bro. Kalau Nadse emang buat kamu, pasti nanti ada jalannya." kata Arya.
    "Iya, nggak usah sedih bro.." tambah Yunanda.
    "Hhaha. Siapa yang sedih? Aku nggak sedih kok, aku cuman sakit hati aja. Hhaha. Ternyata ini yang namanya sakit hati. Sebelumnya waktu di tolak Elaine, aku sih biasa aja. Tahu kalau Andela udah ma Yunanda, aku juga biasa. Dan tahu kalau Fauzan udah punya Michelle, aku juga biasa. Tapi yang kali ini beda. Hhaha.."


    Semua sahabatnya hanya bisa terdiam mendengar itu.
    "Aku pernah kepukul saat kelahi, pernah tabrakan, pernah cedera kaki ku ini, pernah juga rawat inap di rumah sakit. Tapi semuanya nggak sesakit kayak sekarang ini. Semuanya kalah sama yang namanya sakit hati. Hhaha.."
    "Hhaha. Cowok sejati pun akan lemah saat hatinya sakit. Iya kan bro?" tanya Fauzan.
    "Iyaa, bener. Sebelumnya, semua kesenangan ku cuman sebentar. Tapi untuk yang kali ini, kayaknya nggak sebentar. Hhaha.."


    Sore itu pun dipenuhi dengan suasana yang sedikit berbeda. Dimana biasanya mereka semua bercanda dan ngobrol dengan asik, sekarang semuanya tidak bisa dirasakan karena sahabat mereka ada yang sedang berduka. Mereka pun merencanakan sesuatu di sore itu.
(skip)


    Hari senin pun tiba. Setelah pulang sekolah, mereka semua bersiap menemani Fajar ke SMA di mana Nadse sekolah. Sesampainya disana..
    "Ohh, jadi Nadse udah tiga hari nggak masuk ya? Ada yang tahu mana rumahnya?" tanya Fajar kepada salah satu murid disana.
    "Aduhh, aku kurang tahu.."
    "Hmm. Yaudah, aku titip surat ini aja untuk dia. Tolong kasih ke dia ya. Bilang dari Fajar. Oke? Thanks ya.."


    Fajar dan teman-temannya pun akan pulang. Tapi beberapa siswa laki-laki disana mencegahnya. Mereka masih dendam dengan kekalahan mereka saat pertandingan sepak bola, dan karena Fajar dan sahabatnya berhasil menjadi juara di kompetisi itu. Padahal sebelumnya mereka lah yang selalu juara, tapi stelah SMA BIMA GARUDA mengikuti kompetisi itu, semua berubah.
    "Jadi kalian masih dendam karena kejadian setahun itu ya?" bentak Yunanda.
    "Iyaa! Kenapa? Mau bikin masalah dengan kami? Ayo maju!" kata salah satu dari mereka.
    "Kurang ajar!" kata Yunanda sambil melangkah maju.


    Namun Fajar menghentikan itu.
    "Kenapa Jar? Bukannya kamu suka kelahi? Ayo, hajar mereka.." kata Yunanda.
    "Iya Jar. Jangan cuman karena Nadse, kamu jadi lembek.." tambah Fauzan.
    "Hhahaha. Anak itu pintar. Dia tahu kalian tidak akan bisa mengalahkan kami. Hhahaha!" ejek salah satu dari mereka.
    "Jar..?" kata Ikhsan lirih.


    Maka 
Fajar pun hanya terdiam. Namun..
    "Hhahahaha. Urusan kita disini cuman mau ngasih surat ke Nadse, kita nggak ada urusan sama kalian. So, kami pulang dulu ya? Bye!" kata Fajar sambil pergi.
    "Jar, kenapa kamu? Jangan lembek.." kata Fauzan.
    "Udah, biarin. Ayo pulang.."


    Mereka semua pun bersiap pulang.
    "Hhahahaha. Anak-anak SMA BIMA GARUDA memang cewek semua! Nggak ada cowoknya!" ejek anak SMA lain itu.
    "Kurang ajar banget. Jar, apa kita cuman bisa diem aja?" tanya Arya.
    "Hhihi, udah ayo pulang.."


    Lalu mereka semua pun pulang dengan motornya masing-masing. Tapi saat belum keluar gerbang, Fajar pun berbalik dengan motornya.
    "Eh, Jar? Mau kemana?" teriak Yunanda kaget.
    "Hhaha. Biarin dan lihat aja Yun.." kata Fauzan.


    Maka mereka pun melihat Fajar mengendarai motornya yang pergi ke anak-anak SMA yang telah melecehkan dia dan sahabatnya tadi.
    "Hey kalian! Lihat aku!" teriak Fajar pada anak-anak SMA itu.


    Maka mereka semua pun kaget. Belum sempat menghindar, Fajar sudah berhasil menendang salah satu dari mereka yang tadi paling banyak melecehkan Fajar dan sahabatnya. Anak itu pun lalu terkapar parah. Kepalanya mengeluarkan sedikit darah karena terbentur tanah. Sementara anak-anak lain hanya bisa menolongnya dan ingin membalas tapi tidak bisa karena dengan motornya, Fajar bisa pergi dengan cepat.
    "Zan, itu namanya sudah kriminal. Apa iya kita diemin aja?" tanya Ikhsan.
    "Hhaha. Waktu SMP anak bodoh itu sering kayak gitu. Dan nggak ada korban yang berani lapor ke polisi karena takut akan ada kejadian yang sama. Dulu sih sama aku juga. Hhahaha.."
    "Tapi.." kata Yunanda belum selesai.
    "Udah, biarin aja. Anggep aja itu balasan sakit hatinya.."


    Setelah puas, Fajar pun pergi.
    "Kalau ada yang lapor polisi, hasilnya akan lebih parah dari ini. Hhaha. Bye. Sampai ketemu lagi.." kata Fajar.


    Maka Fajar dan teman-temannya pun pulang. Mereka pulang ke rumah masing-masing. Sementara itu, di hari baru.
    "Nad, ini ada surat dari cowok. Namanya Fajar kalau nggak salah. Dia nitipin ini buat kamu.."
    "Kapan dia kesini?"
    "Kemarin.. Yaudah aku pulang dulu ya Nad."
    "Iya. Thanks ya.."


    Nadse penasaran apa isi surat itu. Maka ia pulang ke rumah dan memutuskan untuk membacanya. Sedangkan Fajar..
    Bro, ntar pada dateng ke resto langganan ya? Ajak cewek kalian juga boleh kok. Kalau Nadse juga dateng kesana, aku akan traktir kalian. Tapi kalau enggak, kalian makan bayar sendiri-sendiri ya? Hhahaha thanks :D


    Fajar mengirimkan sms itu kepada semua sahabat baiknya itu. Fauzan, Yunanda, Ikhsan, dan Arya membaca sms itu. Dan mereka memutuskan untuk datang nanti. Di kejadian lain, Nadse pun akhirnya membuka surat itu dan membacanya.


    “Hallo Nadse? Gimana kabarmu? Apa kamu baik-baik aja? Hhehe, lama nggak ketemu aku jadi kangen. Oiya, apa kamu masih pakai kalung yang aku beliin dulu? Kalau iya, tandanya kamu masih suka sama aku. Hhahaha :p
    Hmm. Aku bingung mau ngomong apa. Aku nggak jago nulis. Tapi aku cuman mau kamu tahu kalau aku beneran butuh kamu. Aku suka kamu bukan karena status, kamu salah paham. Jadi please maafin aku. Sebelumnya sih aku nggak pernah ngerasain sakit hati kayak gini, ternyata sakitnya sakit banget. Kamu inget waktu aku cedera dulu? Itu nggak ada apa-apanya dibanding sakit hatiku sekarang ini.
    Waktu didanau, si Fauzan sempet nanya aku gini "Mo, apa yang paling kamu cintai di hidupmu?", dan aku sempet bingung mau jawab apa. Jadi aku cuman bisa senyum dan bilang namamu sama dia. Awalnya sih pada ketawa, tapi lama-lama mereka tahu. Apa kamu juga sama Nad? Hhaha.
    Waktu kamu baca surat ini, sebenernya disini aku lagi kesepian, dan kamu ada disana. Aku nggak pernah nyesel bisa kenal sama kamu, aku nggak pernah nyesel bisa punya perasaan sama kamu. Tapi aku cuman pengin kamu tahu kalau semua itu sekarang percuma. Apa yang aku punya sekarang nggak berguna kalau kamu nggak disini. Aku pikir aku udah kenal kamu dengan baik, tapi ternyata belum. Sekali lagi maafin aku.
    Aku nulis surat ini untuk satu hal penting. Kalau kamu mau dateng ke resto langgananku, itu artinya kamu mau jadi pacarku dan maafin aku. Tapi kalau enggak, berarti kita nggak akan ketemu lagi selamanya. Thanks ya untuk selama ini. LoMichelle you as always :)


    Membaca itu, Nadse hanya bisa bersedih. Ia lalu memegang kalung yang diberikan oleh Fajar. Dan di resto yang dimaksudkan itu..
    "Jar, apa kamu yakin Nadse dateng?" tanya Ikhsan.
    "Nggak tahu juga sih. Semoga aja. Hhehe."
    "Tunggu dulu aja. Kalau Nadse memang suka dan butuh kamu, dia pasti akan dateng kok.." kata Elaine.
    "Iya, thanks ya. Oiya, pesen makan sana. Aku deh yang bayar. Hhehe.."
    "Beneran bro? Oke deh. Thanks ya. Hhaha." kata Fauzan semangat.
    "Makasih sama cewek kalian tuh, aku nggak tega aja lihat mereka. Udah kesini aku yang ajak, suruh bayar sendiri. Hhaha."
    "Iyaa, iyaa. Aku pesen dulu.." kata Fauzan.
    "Oiya bro. Nasi goreng dua ya? Buat aku ma Nadse nanti. Hhehe.."


    Semua terdiam. Dan sempat berpikir apa Nadse akan benar-benar datang. Karena mereka sangat kasihan kepada Fajar jika Nadse tidak datang. Biar seceria apapun dia, pasti ada kalanya dia bersedih. Tapi sahabat sejatinya, Fauzan hanya tersenyum dan berkata..
    "Hhaha. Oke deh.."


    Makanan pun sudah dihidangkan. Mereka semua makan bersama, termasuk Fajar. Namun Nadse tak kunjung datang, maka Fajar pun tertidur karena terlalu kekenyayang dan terlalu lama menunggu Nadse. Saat ia tidur..
    "Maaf ya udah nunggu lama.."
    "Eh, kamu Nadse?" tanya Michelle.
    "Iya. Kenalin, aku Nadse.."
    "Duduk sini, deket aku.." ajak Michelle.
    "Ini, nasi goreng kamu. Tadi Fajar yang mesenin." kata Tya.
    "Makasih yaa.."
    "Tapi sorry, Fajar nya sekarang malah lagi tidur tuh di sofa sana.." kata Fauzan sambil menunjuk ke arah Fajar.
    "Hhehe, anak itu. Biarin dia tidur dulu aja. Mungkin dia kecapekan juga.." kata Nadse.
    "Yaudah, dimakan dulu itu. Ntar keburu dingin.." kata Yunanda.


    Nadse lalu memakan itu. Mereka semua berbincang ramah satu sama lain, termasuk dengan Nadse. Tapi saat asik-asiknya.
    "Guuubraakk.." suara Fajar terjatuh dari sofa.


    Maka mereka semua pun tertawa. Termasuk beberapa pengunjung lain disana.
    "Ah, sialan. Pak, besuk beli sofa yang lebih gede dong biar bisa tidur disini dengan nikmat. Sakit nih.." kata Fajar kepada pemilik toko itu yang sudah kenal dekat dengan Fajar dan keluarganya.

    Fajar lalu melihat ke arah meja tempat teman-temannya berada. Ia mengucek matanya.
    "Apa bener itu Nadse?" batin Fajar. Ia mengucek matanya lagi.
    "Eh, iya. Itu Nadse. Berarti? Hhahahahaha.."


    Fajar lalu menghampiri mereka.
    "Nad, kamu dateng juga. Berarti kamu maafin aku kan?"
    "Iya, aku maafin kamu.."
    "Kamu juga jadi pacar aku kan? Hhahaha.."
    "Kalau untuk itu aku harus mikir lagi. Hhaha..'
    "Yaahhh, sialan.."
    "Hhahaha. Santai bro. Dia mau jadi cewek mu, tadi udah curhat ke kita.." kata Fauzan.
    "Yang bener? Hhaha. Yess!" kata Fajar.


    Semua yang ada disana ikut bahagia. Tapi Fajar justru menunjukan muka singit.
    "Ini siapa yang makan nasi goreng Nadse? Ayo ngaku.."
    "Aku sendiri kok yang makan.."
    "Ohh, yaudah. Bagus deh.."


    Fajar lalu pergi meninggalkan mereka.
    "Loh, mau kemana bro?" tanya Yunanda.
    "Ya ke danau lah. Langgananku kalau sore kan disana juga.."
    "Sendirian aja? Nadse nggak di ajak?" tanya Tya.
    "Eh, iya ding. Lupa. Hhihi.. Ayo Nad, kita ke danau tempat favourite ku. Asik loh.."
    "Iyaa, ayo.."


    Maka mereka pun pergi. Sahabatnya di resto itu sempat tertawa bersama melihat kekonyolan Fajar tadi.
    "Eh, ini siapa yang bayar?" tanya Fauzan.
    "Iya. Fajar udah pergi jauh lagi. Sialan anak itu.." tambah Yunanda.
    "Hhahahahaha. Kita kalah satu kosong nih kayaknya." kata Ikhsan.
    "Iya, bener. Yaudah, kita bayar sendiri-sendiri aja buat pasangan masing-masing.." ucap Arya.


    Saat di danau..
    "Kamu kenapa sih ketawa sendiri? Ada yang lucu ya?" tanya Nadse.
    "Anak-anak itu pasti bayar makanan sendiri. Padahal janjinya tadi aku yang mau bayar karena aku yang ajak mereka. Tapi malah diluar perjanjian. Mungkin ini pertama kalinya aku mengingkari janji. Hhahaha."
    "Hhehehe. Eh, Jar. Semoga hubungan kita nggak sebentar ya?"
    "Hmm.. Amin. Tapi sebentar pun nggak masalah asal waktu yang sebentar itu aku habisin sama kamu.." kata Fajar.


    Maka Nadse hanya tersenyum. Mereka mengobrol bersama disana. Kini bukan sebagai teman atau sahabat lagi, tapi sebagai kekasih..


    ~ End ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar