Chrome Pointer

Jumat, 03 Oktober 2014

[FANFICT] Briefly Part 6

Ketika tim dan pelatih menuju lapangan, mereka di kejutkan dengan pemandangan yang tak di duga. Tim musuh sudah lebih dulu pemanasan dan berlatih di sudut kiri. Tim musuh berlatih dengan sangat baik. Terlihat kalau skill mereka bagus. Tim SMA BIMA GARUDA ini pun di kejutkan dengan jumlah penonton yang cukup banyak di stadion musuhnya itu. Tapi ada sesuatu yang janggal pada penonton di sana, mereka seperti mentertawakan sesuatu. Mereka pikir apa yang aneh dengan mereka, sepertinya tidak ada. Dan ketika melihat ke sudut pojok kanan lapangan tempat para cheer leader berlatih, Fajar ternyata ada disana menggoda dan mengajak berkenalan mereka satu per satu.
    "Dasar anak itu, membuat malu aku dan tim.." batin pelatih.
    "Fauzan, panggil 
dia. Yang lain latihan dulu.." perintah pelatih.

    Maka Fauzan pun menghampiri Fajar.
    "Ohh. Jadi namanya 
Nadse ya? Kamu pemimpin cheer leader ini kan? Hhihi. Pantesan paling cantik.." goda Fajar.
    "Hhehe, enggak kok. Semua cheer leader disini cantik-cantik." kata Nadse.
    "Ohh. Hhehe. Tapi kamu yang paling cantik loh menurut aku. Boleh minta nomer hp nya enggak?"
    "Boleh kok. 08284844848.."
    "Hhehe, makasih yaa.."
    "Eh, bro. Dipanggil pelatih suruh latihan tuh. Sana cepet." kata
Fauzan.
    "Bentar dulu ah. Jangan ganggu.."
    "Eh, beneran ini. Bentar lagi mau tanding.."
    "Iya udah sana, Fajar latihan dulu sana.." suruh Nadse.
    "Nggak papa nih aku tinggal? Hhahaha. Nanti ngobrol lagi ya. Byee!"
    "Bye.." kata Nadse.


    Fajar dan Fauzan pun berjalan ke lapangan dimana tim nya pemanasan. Fajar senyum-senyum senang sendiri.
    "Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Fauzan.
    "Nih, lihat. Hhahaha.." kata Fajar sambil menunjukan kertas yang di bawanya.
    "Hah? Dari mana kamu bisa punya bolpen sama kertas itu?"
    "Tadi aku minta sama pelatih musuh. Waktu aku dateng, di lapangan cuman ada cheer leader sama pelatih musuh kita. Nah, aku minta kertas dan pinjem bolpennya untuk catetin nama cheer leader itu plus nomer hp nya. Lumayan kan? Hhaha.." jelas Fajar.
    "Terus bolpennya buat kamu?"
    "Yaa enggak lah, ini mau aku kembaliin.."
    "Fauzan, Fajar, cepet ikut latiahn sini!" teriak pelatih mereka.


    Fajar hanya tersenyum dan melewati mereka begitu saja. Tapi Fauzan mulai ikut pemanasan.
    "Zan, mau kemana dia?" tanya Yunanda.
    "Mau ngembaliin bolpennya pelatih musuh kita.."
    "Hah? Fajar kenal?" tanya Arya.
    "Enggak sih. Katanya baru ketemu tadi juga.."
    "Bolpennya untuk apa sih?" tanya Arya lagi.
    "Untuk catetin nama dan nomer hp cheer leader itu. Hhaha.."
    "Apa? Dia dapet nggak? Kertasnya dari mana?" kata Ikhsan.
    "Dapet semua malah. Kertasnya juga dapet dari pelatih itu.."


    Fajar pun menghampiri mereka semua. Ia tersenyum sangat senang.
    "Haloooo. Pada ngomongin aku ya? Hahahaha.."
    "Udah Fajar. Cepet kamu latihan. Jangan buang waktu lagi.." kata pelatih.
    "Pak, musuh kita pakai formasi 5-3-2 loh. Mereka pasang satu pemain di depan keeper. Kayaknya yang badannya tinggi itu." jelas Fajar sambil menunjuk ke salah satu pemain musuh.
    "Dari mana kamu tahu?"
    "Tadi waktu ngembaliin bolpen pelatih itu, aku sempet lihat papan susunan formasinya. Hhaha.."
    "Hmmm. Kalau begitu, kita harus berhati-hati. Gunakan counter attack sebaik mungkin.." ucap pelatih.


    Mereka semua pun berlatih bersama lagi. Fajar ikut pemanasan, namun ia tidak fokus. Ia terus saja melirik ke gadis cheer leader bernama Nadse. Kadang ia melambaikan tangan, namun tidak di balas. Dan pertandingan pun akhirnya dimulai. Ke dua tim bersiap di tengah lapangan.
    "Priiiiiitt.."
    Suara peluit wasit menandai dimulainya pertandingan itu. Fajar masih di cadangkan. Namun ia justru tidak menyaksikan jalannya pertandingan, ia justru menyimpan nomer hp dan nama-nama cheer leader yang ia dapatkan tadi di hp nya.
    Berjalan dua puluh tiga menit, gawang tim BIMA GARUDA kebobolan lebih dulu. Pemain belakang tidak menduga kalau musuh berniat mengumpan bola pada rekannya, padahal jarak dengan gawang sudah dekat.
    "Wahh.. Gebleeek!" teriak Fajar dari bangku pemain.


    Kedudukan pun 1-0 untuk tim tuan rumah. Tim dari sekolah Fajar selalu mencoba menyusun serangan, namun selalu gagal dan bisa di baca oleh pemain belakang lawan. Hal itu membuat mereka mendapat serangan berubi-tubi dari tim musuh. Sang pelatih bingung, apa taktik yang akan ia gunakan lagi. Melihat counter attack selalu gagal, serangan dari sayap pun tidak berhasil, pelatih bingung. Belum lagi ini pertandingan pertama dan pertama kalinya juga SMA ini mengikuti kompetisi ini.
    Jelang menit ke empat puluh, tuan rumah kembali mencetak gol lagi. Kali ini melalui umpan dari sayap kanan mereka, dan di sambut dengan baik oleh pemain bernomer punggung sepuluh mereka, yang tidak lain adalah pencetak angka gol pertama tadi.
    "Hiiiiaaah. Kebobolan lagi? Kasihan sekali. Prihatin, prihatin.." kata Fajar.
    "Fajar, nanti kamu langsung main di babak kedua. Sekarang pemanasan lagi sana.." perintah pelatihnya.
    "Pemanasan lagi pak? Masih capek saya pak. Saya main akhir-akhir aja, di sekitar menit tujuh puluhan lah. Ya pak? Nanti di ruang ganti saya bantu bapak susun strategi. Hhaha.."
    "Memang kamu bisa? Jangan main-main kamu. Ini kejuaraan pertama kita.."
    "Tenang aja pak. Percaya sama saya. Hhahaha.."
    Sang pelatih itu masih belum percaya pada Fajar, melihat Fajar adalah anak yang nakal. Bahkan awalnya pun sang pelatih tidak berniat memasukan Fajar ke dalam tim, tapi karena sang kapten Yunanda, bersikeras, maka Fajar masuk dalam tim. Sang pelatih menjadi bingung apa yang Yunanda ketahui dari Fajar sampai ia bersikeras memasukan anak itu.


    Babak pertama pun berakhir. Semua pemain masuk ke ruang ganti untuk istirahat 15 menit. Di sela itu, Fajar sibuk menyusun strategi.
    "Nah, ini pak strategi saya. Hhahaha.." sambil menunjukan papan.
    "Strategi apa itu? Aneh sekali.." kata Yunanda.
    "Iya, nggak mungkin bisa pakai strategi aneh kayak gitu.." tambah Arya.
    "Cerewet. Kalian itu mainnya jelek sekali, nggak cocok jadi pemain bola. Mending gantiin cheer leader aja. Hhahaha.."
    "Sudah, tidak usah ribut. Fajar, coba jelaskan strategimu itu.." kata pelatih.
    "Uhuk. Gini pak. Formasi ini 3-2-1-2-2. Kalau dari kiper di tarik garis keliling sampai semua titik ketemu di pemain tengah, bentuknya jadi "Love". Hhahaha.."
    "Apaan itu? Terus hebatnya dimana?" tanya Ikhsan.
    "Hebatnya itu kalau kalian main bola pakai hati, jangan main bola karena ingin menang aja. Main bola itu perlu feeling juga, percuma jadi pemain bola tapi main hanya untuk cari uang dan terkenal. Sementara ia nggak sama sekali cinta sama permainan itu. Main bola juga pakai otak, jangan asal nyerang, gagagl, terus nyerang, gagal lagi. Tapi susun serangannya yang rapi, sebisanya bikin pemain belakang mereka itu terpancing maju.."
    "Betul apa yang di bilang Fajar. Babak pertama tadi kalian nggak main kayak waktu kita latihan dulu. Kali ini kalian main terburu-buru, nggak ada satu shoot pun dari kita. Di babak ke dua nanti, kalian harus main dengan baik. Buat peluang sebanyak mungkin, dan manfaatkan itu.."
    "Siap pak!" semua pemain pun kembali semangat. Sementara Fajar hanya tertawa sendiri mengingat wajah mereka saat ia ceramahi tadi.


    "Fajar, akhirnya bapak tahu kenapa Yunanda bersikeras memasukan kamu ke tim.." kata pelatih.
    "Hahaha.." Fajar tertawa. Namun ia tidak tahu apa yang di katakan pelatihnya. Ia tertawa karena masih mengingat wajah teman satu timnya tadi.
(skip)


    Babak kedua dimulai. Mereka akhirnya menggunakan formasi yang diberikan Fajar tadi, walau masih belum yakin akan berhasil, namun mereka ingat perkataannya untuk bermain bola dengan hati dan otak, jangan hanya karena ingin menang.
    Dan ketika berjalan dua puluh menit, Yunanda pun berhasil mencetak gol lewat umpan terobosan yang di berikan oleh Fauzan. Kedudukan kini menjadi 2-1, masih unggul untuk tuan rumah. Namun setidaknya, ada perubahan dari segi permainan.
    "Fajar, sekarang kamu pemanasan. Nanti kamu ganti Arya dan jadi center forward.." perintah pelatih.
    "Siap pak!"


    Fajar pun turun ke lapangan, dan pergi ke pinggir lapangan. Penonton masih mengingat kekonyolannya tadi, maka beberapa memperhatikan tingkahnya. Namun, bukannya latihan, Fajar malah menghampiri Nadse di beberapa cheer leader yang ada disana. Pelatih mengetahui hal itu, dan membentaknya dari jauh. Maka Fajar pun langsung sungguhan pemanasan. Baru lima menit pemanasan, Fajar sudah dimainkan. Beberapa penonton penasaran bagaimana cara Fajar bermain. Banyak dari mereka yang meragukan kepandaian Fajar, karena kekonyolan yang sudah dilakukan itu sangat tidak rasional.
    Tapi baru sepuluh menit bermain, penonton dikejutkan dengan aksi individual Fajar. Ia membawa bola melewati dua orang, sayangnya orang ke tiga menjegalnya dan membuat Fajar terjatuh. Kakinya pun sakit karena ia tidak pemanasan dengan benar sebelum bertanding. Maka ia pun di gotong ke pinggir lapangan. Tapi karena itu, timnya mendapat hadiah pinalty. Dan sang kapten, Yunanda, yang akan mengeksekusinya.
    Yunanda pun menendang bola, dan bola tersebut masuk. Keeper musuh mengira bola akan ke arah kanan, padahal ke arah sebaliknya. Maka kedudukan pun jadi imbang berkat dua gol dari Yunanda. Pelatih dan pemain lain pun senang dan kembali semangat. Para penonton pun bertepuk keras karena itu. Bukan karena kedudukan imbang, namun karena melihat usaha yang dilakukan oleh tim tamu, terutama Fajar yang sampai kakinya sakit.
    Pertandingan pun kembali di lanjutkan, dan Fajar masih di obati di pinggir lapangan. Nadse dari kejauhan pun melihatnya. Walau belum terlalu kenal siapa Fajar, tapi Nadse tahu bagaimana asiknya anak nakal yang satu itu. Ia pun memutuskan untuk menghampirinya.
    "Kamu nggak papa Jar?" tanya Nadse.
    "Eh, kamu. Hhehe. Aku nggak papa kok, kayak gini aja belum ada apa-apanya.."
    "Aduh. Padahal sakit banget nih. Sial." batin Fajar.
    "Udah, nggak usah main lagi. Ganti pemain yang lain aja, jangan terlalu memaksakan.."
    "Hhahaha. Ternyata ada yang peduli ya walau belum kenal banget ma aku? Hhhaha."
    "Aku serius. Jangan bertindak bodoh dan sakit cuman karena ingin menang.."


    Fajar kaget akan perkataan Nadse itu. Ia hanya tersenyum, lalu berkata..
    "Kalau mencari kemenangan itu kebodohan, aku mau kok jadi orang bodoh. Asal aku bisa menang terus. Hhehehe.."


    Nadse pun hanya terdiam mendengar itu. Ternyata anak nakal dan konyol ini sebenarnya berbeda.
    "Kalau begitu, cepat main sekarang. Dan harus menang!" kata Nadse.
    "Loh? Kamu dari tim tuan rumah kan? Kok malah dukung aku? Aneh.."
    "Itu nggak penting, aku cuman ingin lihat seberapa bodohnya kamu! Bye!"


    Nadse pun kembali ke teman-temannya. Fajar tahu kalau Nadse menyemangatinya, maka ia kembali bermain lagi. Dan waktu tersisa lima menit saja.
    "Gimana nih bro? Waktu tinggal lima menit?" tanya Fauzan.
    "Jangan bilang tinggal, tapi bilang masih. Ayo, jangan di sia-siain." kata Fajar.
    "Okelah.."


    Permainan kembali dimulai. Tim tuan rumah menyerang terus menerus tim tamu, tim tamu hanya bisa bertahan. Penonton semakin yakin kalau tim tamu akan kalah. Tapi, ketika bola berhasil di ambil keeper tim tamu, bola itu langsung di tendang jauh ke Fajar yang berdiri di garis paling depan. Maka Fajar mengambil bola itu. Tersisa tiga pemain belakang tim tuan rumah, Fajar mencoba melewatinya. Ia berhasil melewati pemain pertama, saat ingin melewati pemain kedua bolanya terlepas dan bergulir ke belakang. Tapi disana ternyata ada Fauzan. Maka Fajar kembali berlari ke depan. Mengetahui maksud sahabatnya itu, Fauzan memberi through pass ke Fajar, dan mengecoh back ke dua. Kini Fajar berhadapan dengan back terakhir yang badannya sangat tinggi. Namun ia tidak mau ambil pusing, ia menendang bola ke arah back itu, dan mengenai perutnya. Maka back itu pun sedikit lengah, dan Fajar kembali mengambil bolanya.
    Fauzan, Yunanda, Ikhsan berlari dari belakang untuk membantunya. Belum sampai, Fajar sudah menembakkan bola itu ke gawang dan gol. Keeper musuh terkecoh dengan arah bola. Dan peluit akhir pertandingan bunyi disaat itu. Mereka pun bersorak karena menang di pertadingan pertama ini. Pelatih sangat senang, begitu juga dengan semua pemain cadangannya.
    Nadse dari kejauhan melihat itu, Fajar pun melambaikan tangannya. Dan Nadse hanya membalas itu dengan senyuman. Penonton bertepuk tangan keras atas permainan bagus dari mereka semua. Baik tim tamu, maupun tim tuan rumah, mereka bermain sangat bagus..


    ~ Tunggu Part Selanjutnya ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar