Tak lama kemudian Fajar pun duduk di kursi taman dengan Ikhsan.
"Eh, Jar. Tumben mau
nyamperin aku. Hhehe.." sambut Ikhsan.
"Tadinya mau ke kelas sih. Nggak tahu kenapa kaki ku malah jalan kesini. Sebenernya nggak mau nyamperin. Mungkin kaki ku harus di service.." kata Fajar sinis dengan muka yang masih tidak bisa mempercayai semua itu.
"Hhaha, emang motor bro di service segala?" tanya Ikhsan.
"Hhahaha. Garing.." ejek Fajar.
"Sialan.."
Mereka terdiam sesaat. Fajar bingung, kenapa anak itu terdiam. Apa masalah yang sedang dihadapinya, Fajar ingin tahu.
"Uhuk. Elaine
mana?" tanya Fajar."Tadinya mau ke kelas sih. Nggak tahu kenapa kaki ku malah jalan kesini. Sebenernya nggak mau nyamperin. Mungkin kaki ku harus di service.." kata Fajar sinis dengan muka yang masih tidak bisa mempercayai semua itu.
"Hhaha, emang motor bro di service segala?" tanya Ikhsan.
"Hhahaha. Garing.." ejek Fajar.
"Sialan.."
Mereka terdiam sesaat. Fajar bingung, kenapa anak itu terdiam. Apa masalah yang sedang dihadapinya, Fajar ingin tahu.
"Elaine? Nggak tahu. Kayaknya tadi ke perpustakaan.."
"Emm. Tumben nggak bareng.." kata Fajar dengan mata yang melirik singit.
"Nggak bro. Lagi pengin jauhin dia aku.."
"Hahaha. Suka ya sama dia? Ngaku deh, kelihatan banget.."
"Emang kelihatan banget ya? Dari mananya?"
"Dari mukamu itu.."
"Muka ku? Kenapa emang bro?"
"Mirip monyet.."
"Sial. Aku tanya beneran, malah dijawab nggak serius gitu.." kata Ikhsan kesal.
Fajar diam. Ia berpikir akan sesuatu. Melihat langit, menyusun jarinya menyerupai bentuk Love dengan tangan satunya. Melirik ke Ikhsan, melihat muka Ikhsan yang murung, lalu ia mengambil kotoran di hidungnya dan mengusapkan itu ke seragam Ikhsan.
"Eh, apaan nih? Upil ya? Sialan.." kata Ikhsan kesal. Ikhsan langsung membuang itu dan membersihkan seragamnya.
"Hhahahaha.." Fajar tertawa keras.
"Malah ketawa. Sialan kamu bro! Jorok banget..!"
"Hhaha. Ya kamu sekarang itu seperti upil itu San.."
"Apa? Kok bisa? Kurang ajar.."
"Kamu sekarang kayak upil itu. Kamu galau, dan galaumu itu seharusnya di buang kayak kamu buang upil itu tadi. Kalau kegalauanmu itu nggak dibuang, itu akan mengotori kamu. Sama kayak upilku yang mengotori seragammu tadi.." jelas Fajar.
"Ohh, gitu ya. Iya aku ngerti bro. Jujur, aku suka Elaine. Aku sayang malahan. Dia hampir mirip sama mantanku waktu SMP dulu. Tapi aku suka Elaine bukan karena dia mirip mantanku, tapi karena aku nyaman aja waktu sama dia.." curhat Ikhsan.
"Hmm. Jadi anak ini dari tadi diem dan gila disini karena masalah itu ya? Kasihan, kasihan.." batin Fajar.
"Kamu beneran suka ma Elaine bro?" tanya Fajar.
"Iya bro. Beneran. Sebelumnya aku nggak pernah sampai takut dan galau gini karena cewek. Ya baru kali ini.."
"Ohh. First time Love ya? Hmm. Pacarin aja dong.."
"Hah? Gila aja. Langsung pacarin, nolak pastinya.."
"Yaa nggak langsung juga geblek. Deketin, dan nyatain suka mu itu."
"Emang Elaine bisa mau ya?"
"Nggak tahu sih. Makanya coba dulu.."
"Iya sih. Tapi aku takut setelah deketin dan nyatain cinta, aku ditolak.."
"Dasar cemen. Di tolak emang sakit sih, aku pernah kok kayak gitu. Tapi lebih sakit lagi kalau kamu nungguin dia terus. Mendingan juga nyatain terus di tolak, bisa cari yang lain. Dari pada nungguin nggak jelas kayak orang gila.." jelas Fajar.
"Emm. Kamu bener bro. Thanks ya, nasehatnya.."
"Apaan? Aku nggak nasehatin kok. Ngomong asal aja tadi. Udah ah, aku mau ke kelas. Capek ngomong sama kamu. Bye!"
Fajar pun pergi ke kelas.
"Anak itu bener-bener nggak ada yang berubah. Aku tahu sebenernya dia peduli sama banyak orang, tapi dia malu ngungkapin itu. Makanya dia ngungkapin semuanya dengan cara yang berbeda. Thanks bro." batin Ikhsan.
"Ngomong apa aku tadi? Kayaknya aku udah mulai jadi anak alay nih. Hhaha. Whatever, sukses lah bro. Semoga nggak di tolak kayak aku.." batin Fajar melangkah ke kelas sambil tersenyum sendiri.
(skip)
Bell masuk kelas pun berbunyi. Murid-murid lantas kembali masuk ke kelas masing-masing dan mengikuti pelajaran lagi. Setelah lama mengikuti pelajaran, melalui istirahat, dan pelajaran lagi, bell pulang sekolah pun berbunyi.
"Nah, ini yang aku tunggu. Hhaha.." kata Fajar kerasnya.
"Fajar, jangan lupa kamu ke ruang BK dulu sebelum pulang ke rumah.." kata gurunya.
"Iya bu. Saya inget kok.."
"Sial. Masih aja guru-guru pada inget. Kayaknya pada sekongkol ngejatuhin aku nih. Hhaha." pikir Fajar.
Murid-murid lalu pulang, namun Fajar masih harus menemui gurunya di BK. Maka ia pun melakukan itu. Setelah lama di ceramahi oleh gurunya, ia di perbolehkan pulang, dan pulanglah dia. Sambil berjalan..
"Kupingku panas di ceramahin hampir sejam. Tapi nggak papa lah, untuk pelajaran juga.."
Fajar melewati taman sekolah. Ia melihat ada Ikhsan dan Elaine disana. Ia penasaran, dan menghampirinya diam-diam.
"Itu lagi pada ngapain ya? Nguping ah.." batin Fajar.
"Elaine, aku udah lama pengin ngomong ini, cuman aku belum punya keberanian. Tapi sekarang aku berani ngomong ini ke kamu. Dan ini harus.." kata Ikhsan.
"Iya, kamu mau ngomong apa? Kok serius banget kayaknya.." tanya Elaine.
"Aku suka kamu Elaine. Kamu mau nggak jadi pacar aku? Aku janji akan jagain kamu, dan aku nggak akan nyakitin kamu. Beneran Elaine. Tapi kalau kamu nggak mau, aku nggak akan maksa. Aku juga masih mau jadi sahabat kamu.." jelas Ikhsan.
Elaine tersenyum. Ia mengetahui seberapa seriusnya Ikhsan. Maka ia memberikan kesempatan pada Ikhsan untuk mengisi ruang kosong di hatinya..
"Aku mau kok San. Tapi jagain aku dengan bener ya? Aku nggak akan minta yang lain, selain kasih sayang kamu.." kata Elaine. (Cieee Ikhsan wkwk xD)
"Beneran Elaine kamu mau? Makasih ya Elaine. Aku pasti nepatin janji aku. Eh, Elaine tahu nggak, bisa kenal kamu itu adalah hal terindah kedua yang terjadi di hidup aku. Hhehe.."
"Ah masak sih? Yang pertama apa dong?"
"Yang pertama itu bisa jadi pacar kamu. Hhehe.."
Mereka berdua tertawa bersama. Hubungan yang baru telah terjalin antara mereka. Sementara itu..
"Hhaha. Jadi mereka udah jadian ya? Syukurlah kalau gitu. Aku sakit juga sih dulu di tolak, tapi ngelihat mereka kayak gitu aku ikut seneng lah. Kapan ya giliran aku ma Fauzan? Hhahaha.." batin Fajar sambil pergi keluar sekolah untuk pulang ke rumah..
(skip)
Sore pun tiba. Fajar sudah tiduran di pinggir danau sambil menatap langit dan terdiam. Saat itu, Fauzan pun juga datang kesana. Sahabatnya yang sangat loyal itu sangat tahu kebiasaan dan sifat Fajar dibanding yang lain.
"Heeyy broo! Ngapain ngelamun? Hhaha.." kata Fauzan.
"Bikin kaget aja. Aku galau nih. Hhaha.."
"Galau? Jagoan kok galau.."
"Hhaha. Ya ada saatnya orang terpuruk kan? Bahkan sehebat apapun orang itu.."
"Hhehe iya. Galau kenapa?"
"Ikhsan ma Elaine jadian bro."
"Hhahaha. Karena itu? Hahaha. Sabar bro, hidup itu cobaan.."
"Bukan karena itunya sih. Tapi karena cowok kayak Ikhsan aja diterima, masak aku enggak? Hhahaha.." canda Fajar.
"Ya mungkin Elaine tahu kalau dia bukan yang terbaik buat kamu bro. So, dia nolak kamu dari pada nanti nyakitin kamu.."
"Kok malah jadi cerewet sih? Sialan.."
"Hhahaha. Berarti tinggal kamu yang jomblo ya? Tragis banget.."
"Apa? Emangnya?"
"Iyaa. Aku udah jadian. Sama si Michelle yang waktu istirahat kamu traktir nasi goreng itu. Hhahaha.."
"Sialan. Nyesel deh aku traktir dia, tahunya malah jadian ma orang seekor monyet.."
"Eh, tunggu. Monyet? Monyet siapa?"
"Tolol. Sekarang yang jadi cowoknya Michelle siapa?" tanya Fajar.
"Aku lah bro.."
"Jadi monyet nya siapa?"
"Yaa aku. Eh, sialan!"
"Hhahahaha. Pertanyaan simpel gitu aja nggak bisa nalar.."
"Hhahaha. Iya juga ya? Hhaha. Tapi ntar pasti ada cewek yang bisa serius dan beneran sayang ma kamu bro. Aku yakin. Kamu belum ketemu aja.."
"Aku harap sih Andela. Lumayan juga dia.."
"Apa? Andela? Dia itu ceweknya Yunanda geblek!" kata Fauzan.
"Jir! Yunanda yang dulu anak buahnya aku hajar itu?"
"Iya lah. Yunanda mana lagi. Hhahaha.."
"Sialan. Selama aku sekolah di sekolah kita, aku belum pernah beruntung secara full. Nggak waktu di SMP dulu.." kata Fajar.
"Loh kok? Banyak murid sekolah kita yang sekarang ngaggumin kamu bro.."
"Aku tahu sih. Tapi apa gunanya juga kalau jomblo? Hhaha.." canda Fajar mengurangi galaunya.
"Hhehe. Iya juga sih. Kamu selalu nyari yang cantik, makanya udah banyak yang pacarin.."
"Hhaha. Aku kenal sama Elaine, deket dan mau pacarin dia. Tapi ditolak. Sebentar banget rasanya. Kenal Andela dan ngobrol sama dia sebentar juga. Mau aku pacarin dan aku sempet seneng sebentar, tahunya dia udah ada cowok. Aku sempet seneng cos kamu masih jomblo kayak aku, baru sebentar juga kamu udah jadian. Hhaha. Sial banget ya?"
"Udah, nggak usah ngomong gitu. Aku jadi ikut sedih. Mau nangis nih.." kata Fauzan.
"Hah? Gila ya? Sialan. Punya temen cowok kok cengeng banget. Hhaha.."
Sore itu, mereka berdua terus mengobrol. Di temani dengan minuman kaleng yang dibelikan Fauzan, mereka mengobrol sampai matahari terbenam. Sebagai sahabat, banyak hal yang pasti ingin dibicarakan. Lampu di dekat danau menjadi satu-satunya penerangan mereka ketika malam tiba. Namun tidak lama setelah itu, mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
(skip)
Hari minggu tiba. Dan sore sudah menjelang. Seperti biasa, Fajar nongkrong di danau tempat favourite nya. Fauzan seperti biasanya hadir. Tapi kini ia hadir bersama Michelle. Fajar pun terkejut.
"Sialan nih anak. Mau pamer apa ya? Kurang ajar.." batin Fajar.
"Hey Fajar :3!" kata Michelle.
"Eh, Michelle. Iya, hai juga. Tumben kesini sama monyetmu.." sambil melirik Fauzan dengan singitnya.
"Hhaha. Fajar iri sama kita Michelle, karena dia masih jomblo sendiri." ejek Fauzan.
"Sial udah tahu, malah di bilangin lagi.." batin Fajar.
"Ngomong-ngomong, ngapain pada kesini? Mau pacaran ya? Silahkan, disana tuh. Aku nggak akan ganggu kok.." kata Fajar.
"Bukan bro. Kita mau ngajakin kamu pergi bareng kita. Mau nggak?" kata Fauzan.
"Pergi kemana? Males ah aku.."
"Ayo ikut aja Jar, seru kok. Dijamin deh.." ajak Michelle.
"Karena Michelle yang ngajak, aku ikut deh. Hhahaha.."
"Nah gitu dong bro.. Hhaha.."
"Sekali lagi, ini karena Michelle. Bukan karena Fauzan. Hhaha.."
Mereka pun berangkat. Ternyata mereka pergi untuk makan di sebuah restoran. Dan disana ternyata sudah menunggu Ikhsan dan Elaine, Yunanda dan Andela, serta satu pasangan lagi, namun Fajar belum tahu siapa mereka. Fajar terkejut, mukanya mendadak singit dan menatap Fauzan dengan tatapan tajam.
"Ternyata singa digiring ke kandang ya ceritanya? Pasti kaku aku disana, jomblo sendiri.." batin Fajar.
"Hey Jar! Sini!" teriak Ikhsan.
"Sial. Sial. Sial. Sial." batin Fajar.
Fajar, Michelle, dan Fauzan pun kesana. Makanannya sudah disiapkan. Makanan di restoran itu memang terkenal enak. Apalagi ayam bakar spesialnya. Namun itu tidak membuat Fajar senang. Ia masih saja menyesali kesalahannya, kenapa bisa ia ikut pergi dengan orang-orang itu.
"Kenalin Yun, ini Fajar. Yang hajar anak buahmu dulu. Hhaha." kata Ikhsan.
"Iya, aku udah tahu kok. Sekarang nggak ada masalah lagi. Iya kan Jar?" kata Yunanda.
"Hmmm.." jawab Fajar singkat.
"Nah kalau ini, Tya dan Arya. Kamu pasti belum tahu kan Jar?" kata Ikhsan lagi.
"Ohh. Kalian pacaran ya?" tanya Fajar.
"Iya. Udah hampir dua bulan.." kata Tya.
"Emm. Apa mata kamu sehat? Nggak salah pacaran sama dia?" kata Fajar sambil melirik Arya.
"Hhahaha. Ternyata bener Sen, anaknya gokil. Belum kenal aja udah di ejek.." kata Arya.
"Hhaha. Ya itu lah sahabat ku. Tolong ngerti ya?" kata Ikhsan.
"Sahabat? Sejak kapan? Aku nggak pernah bilang.." kata Fajar.
Hhahaha. Semua orang disana pun tertawa melihat apa yang dikatakan Fajar. Mereka yang awalnya musuh, kini menjadi sahabat. Mereka yang dulunya tidak kenal, kini menjalin pertemanan. Mereka semua yang ada disana langsung dengan mudahnya akrab kepada Fajar. Memang mungkin itu kelebihannya, mudah bergaul dan kharismanya tinggi yang membuatnya mudah dikenal orang.
Saat makan, ada seorang gadis lewat. Fajar meliriknya. Ia pun langsung berdiri dan menghampiri gadis itu.
"Eh Jar, mau kemana?" tanya Yunanda.
"Ada cewek cakeb, sayang kalau dilewatin gitu aja.." kata Fajar sambil berlari.
"Hhahaha. Semangat bro! Kita dukung kamu!" kata Fauzan.
Maka Fajar pun mencoba berkenalan dengan gadis itu. Ikhsan, Elaine, Yunanda, Andela, Michelle, Fauzan, Arya dan Tya tertawa. Mereka tahu kalau Fajar orang yang asik. Bahkan walau beberapa dari mereka baru pertama kenal, mereka merasakan sesuatu yang berbeda darinya..
~ Tunggu Part Selanjutnya ~
Sore pun tiba. Fajar sudah tiduran di pinggir danau sambil menatap langit dan terdiam. Saat itu, Fauzan pun juga datang kesana. Sahabatnya yang sangat loyal itu sangat tahu kebiasaan dan sifat Fajar dibanding yang lain.
"Heeyy broo! Ngapain ngelamun? Hhaha.." kata Fauzan.
"Bikin kaget aja. Aku galau nih. Hhaha.."
"Galau? Jagoan kok galau.."
"Hhaha. Ya ada saatnya orang terpuruk kan? Bahkan sehebat apapun orang itu.."
"Hhehe iya. Galau kenapa?"
"Ikhsan ma Elaine jadian bro."
"Hhahaha. Karena itu? Hahaha. Sabar bro, hidup itu cobaan.."
"Bukan karena itunya sih. Tapi karena cowok kayak Ikhsan aja diterima, masak aku enggak? Hhahaha.." canda Fajar.
"Ya mungkin Elaine tahu kalau dia bukan yang terbaik buat kamu bro. So, dia nolak kamu dari pada nanti nyakitin kamu.."
"Kok malah jadi cerewet sih? Sialan.."
"Hhahaha. Berarti tinggal kamu yang jomblo ya? Tragis banget.."
"Apa? Emangnya?"
"Iyaa. Aku udah jadian. Sama si Michelle yang waktu istirahat kamu traktir nasi goreng itu. Hhahaha.."
"Sialan. Nyesel deh aku traktir dia, tahunya malah jadian ma orang seekor monyet.."
"Eh, tunggu. Monyet? Monyet siapa?"
"Tolol. Sekarang yang jadi cowoknya Michelle siapa?" tanya Fajar.
"Aku lah bro.."
"Jadi monyet nya siapa?"
"Yaa aku. Eh, sialan!"
"Hhahahaha. Pertanyaan simpel gitu aja nggak bisa nalar.."
"Hhahaha. Iya juga ya? Hhaha. Tapi ntar pasti ada cewek yang bisa serius dan beneran sayang ma kamu bro. Aku yakin. Kamu belum ketemu aja.."
"Aku harap sih Andela. Lumayan juga dia.."
"Apa? Andela? Dia itu ceweknya Yunanda geblek!" kata Fauzan.
"Jir! Yunanda yang dulu anak buahnya aku hajar itu?"
"Iya lah. Yunanda mana lagi. Hhahaha.."
"Sialan. Selama aku sekolah di sekolah kita, aku belum pernah beruntung secara full. Nggak waktu di SMP dulu.." kata Fajar.
"Loh kok? Banyak murid sekolah kita yang sekarang ngaggumin kamu bro.."
"Aku tahu sih. Tapi apa gunanya juga kalau jomblo? Hhaha.." canda Fajar mengurangi galaunya.
"Hhehe. Iya juga sih. Kamu selalu nyari yang cantik, makanya udah banyak yang pacarin.."
"Hhaha. Aku kenal sama Elaine, deket dan mau pacarin dia. Tapi ditolak. Sebentar banget rasanya. Kenal Andela dan ngobrol sama dia sebentar juga. Mau aku pacarin dan aku sempet seneng sebentar, tahunya dia udah ada cowok. Aku sempet seneng cos kamu masih jomblo kayak aku, baru sebentar juga kamu udah jadian. Hhaha. Sial banget ya?"
"Udah, nggak usah ngomong gitu. Aku jadi ikut sedih. Mau nangis nih.." kata Fauzan.
"Hah? Gila ya? Sialan. Punya temen cowok kok cengeng banget. Hhaha.."
Sore itu, mereka berdua terus mengobrol. Di temani dengan minuman kaleng yang dibelikan Fauzan, mereka mengobrol sampai matahari terbenam. Sebagai sahabat, banyak hal yang pasti ingin dibicarakan. Lampu di dekat danau menjadi satu-satunya penerangan mereka ketika malam tiba. Namun tidak lama setelah itu, mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
(skip)
Hari minggu tiba. Dan sore sudah menjelang. Seperti biasa, Fajar nongkrong di danau tempat favourite nya. Fauzan seperti biasanya hadir. Tapi kini ia hadir bersama Michelle. Fajar pun terkejut.
"Sialan nih anak. Mau pamer apa ya? Kurang ajar.." batin Fajar.
"Hey Fajar :3!" kata Michelle.
"Eh, Michelle. Iya, hai juga. Tumben kesini sama monyetmu.." sambil melirik Fauzan dengan singitnya.
"Hhaha. Fajar iri sama kita Michelle, karena dia masih jomblo sendiri." ejek Fauzan.
"Sial udah tahu, malah di bilangin lagi.." batin Fajar.
"Ngomong-ngomong, ngapain pada kesini? Mau pacaran ya? Silahkan, disana tuh. Aku nggak akan ganggu kok.." kata Fajar.
"Bukan bro. Kita mau ngajakin kamu pergi bareng kita. Mau nggak?" kata Fauzan.
"Pergi kemana? Males ah aku.."
"Ayo ikut aja Jar, seru kok. Dijamin deh.." ajak Michelle.
"Karena Michelle yang ngajak, aku ikut deh. Hhahaha.."
"Nah gitu dong bro.. Hhaha.."
"Sekali lagi, ini karena Michelle. Bukan karena Fauzan. Hhaha.."
Mereka pun berangkat. Ternyata mereka pergi untuk makan di sebuah restoran. Dan disana ternyata sudah menunggu Ikhsan dan Elaine, Yunanda dan Andela, serta satu pasangan lagi, namun Fajar belum tahu siapa mereka. Fajar terkejut, mukanya mendadak singit dan menatap Fauzan dengan tatapan tajam.
"Ternyata singa digiring ke kandang ya ceritanya? Pasti kaku aku disana, jomblo sendiri.." batin Fajar.
"Hey Jar! Sini!" teriak Ikhsan.
"Sial. Sial. Sial. Sial." batin Fajar.
Fajar, Michelle, dan Fauzan pun kesana. Makanannya sudah disiapkan. Makanan di restoran itu memang terkenal enak. Apalagi ayam bakar spesialnya. Namun itu tidak membuat Fajar senang. Ia masih saja menyesali kesalahannya, kenapa bisa ia ikut pergi dengan orang-orang itu.
"Kenalin Yun, ini Fajar. Yang hajar anak buahmu dulu. Hhaha." kata Ikhsan.
"Iya, aku udah tahu kok. Sekarang nggak ada masalah lagi. Iya kan Jar?" kata Yunanda.
"Hmmm.." jawab Fajar singkat.
"Nah kalau ini, Tya dan Arya. Kamu pasti belum tahu kan Jar?" kata Ikhsan lagi.
"Ohh. Kalian pacaran ya?" tanya Fajar.
"Iya. Udah hampir dua bulan.." kata Tya.
"Emm. Apa mata kamu sehat? Nggak salah pacaran sama dia?" kata Fajar sambil melirik Arya.
"Hhahaha. Ternyata bener Sen, anaknya gokil. Belum kenal aja udah di ejek.." kata Arya.
"Hhaha. Ya itu lah sahabat ku. Tolong ngerti ya?" kata Ikhsan.
"Sahabat? Sejak kapan? Aku nggak pernah bilang.." kata Fajar.
Hhahaha. Semua orang disana pun tertawa melihat apa yang dikatakan Fajar. Mereka yang awalnya musuh, kini menjadi sahabat. Mereka yang dulunya tidak kenal, kini menjalin pertemanan. Mereka semua yang ada disana langsung dengan mudahnya akrab kepada Fajar. Memang mungkin itu kelebihannya, mudah bergaul dan kharismanya tinggi yang membuatnya mudah dikenal orang.
Saat makan, ada seorang gadis lewat. Fajar meliriknya. Ia pun langsung berdiri dan menghampiri gadis itu.
"Eh Jar, mau kemana?" tanya Yunanda.
"Ada cewek cakeb, sayang kalau dilewatin gitu aja.." kata Fajar sambil berlari.
"Hhahaha. Semangat bro! Kita dukung kamu!" kata Fauzan.
Maka Fajar pun mencoba berkenalan dengan gadis itu. Ikhsan, Elaine, Yunanda, Andela, Michelle, Fauzan, Arya dan Tya tertawa. Mereka tahu kalau Fajar orang yang asik. Bahkan walau beberapa dari mereka baru pertama kenal, mereka merasakan sesuatu yang berbeda darinya..
~ Tunggu Part Selanjutnya ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar