"Halo, halo. Mau
kemana nih?" kata Fajar pada gadis itu.
"Aku mau kesana.."
sambil menunjuk ke salah satu mall dekat sana.
"Ohh. Sendirian aja ya? Mau aku temenin? Hhahaha.."
"Enggak kok. Aku sama cowok ku.."
"Mana cowoknya? Kok jalannya sendirian?"
"Itu.." sambil menunjuk ke seseorang yang sudah berdiri di depan mall.
"Mana?" Fajar melihat dan melirik dari
kejauhan."Ohh. Sendirian aja ya? Mau aku temenin? Hhahaha.."
"Enggak kok. Aku sama cowok ku.."
"Mana cowoknya? Kok jalannya sendirian?"
"Itu.." sambil menunjuk ke seseorang yang sudah berdiri di depan mall.
"Mana?" Fajar melihat dan melirik dari
"Sialan. Cowoknya keker gede gitu. Wah, bahaya nih. Cabut aja deh.." pikir Fajar.
"Jadi, mau nemenin aku ke mall? Hhaha.." ejek gadis itu melihat Fajar ketakutan pada cowoknya.
"Hhehe, nggak jadi deh. Temen aku nungguin disana. Ngomong-ngomong, siapa namamu?"
"Namaku Farin.."
"Ohh. Hhehe, aku Fajar. Yaudah, aku pergi dulu ya. Bye!"
Fajar lalu kembali ke restoran tadi. Ia takut melihat sosok cowoknya Farin tadi. Badannya besar dan sudah seperti anak kuliahan.
"Sial. Mau deketin cewek aja susah banget. Untung aku belum suka sama tuh cewek.."
Fajar lalu sampai di depan pintu restoran. Teman-temannya sudah mentertawainya, melihat mukanya yang gagal. Tapi..
"Tolooooong!" teriak seorang gadis dari kejauhan.
"Hah? Ada apa itu?" Fajar menengok ke belakang.
Dan ternyata Farin dan cowoknya itu sedang di copet oleh tiga orang preman disana. Fajar pun kaget.
"Zan, cepet ikut aku!" teriak Fajar sambil ia berlari menghampiri Farin.
"Sebentar ya semua. Ada problem kayaknya.." Fauzan berkata pada temannya di restoran.
Fauzan pun secepat mungkin lari dan membantu Fajar. Tiga preman tadi mencoba mencuri tas yang dibawah oleh Farin. Fajar pun datang menghajar salah satu preman itu. Dan cowok Farin juga mencoba melawan satunya. Sedangkan Farin masih memegang erat tasnya berebutan dengan preman yang satunya. Fauzan datang, dan langsung menendang preman yang mencoba mengambil tas Farin itu.
"Sial. Itu tendangan khas ku. Main curi aja.." kata Fajar ke Fauzan.
"Hhaha. Tapi keren kan?"
"Cerewet.."
Tiga preman itu lalu lari ke arah restoran. Disana, Yunanda rupanya sudah memanggil polisi yang ada di dekat sana. Dan tiga preman itu tertangkap polisi. Orang-orang yang ada disana hanya bisa melihat aksi Fajar dan Fauzan. Mereka tidak bisa membantu karena tiga preman tadi adalah penguasa di wilayah itu. Dan mereka sering lolos dari kejaran polisi, namun tidak kali ini berkat Yunanda.
"Kamu nggak papa Rin?" tanya Fajar.
"Iya. Makasih ya.."
"Gimana om? Sehat?" tanya Fajar pada cowoknya Farin.
"Om? Aku masih SMA. Tapi ngomong-ngomong, terima kasih. Aku dan Farin tertolong.."
"Udah, nggak usah dibahas. Aku nolong Farin kok, bukan nolongin kamu.."
"Hhahahaha.." Fauzan tertawa mendengar itu.
"Apaan? Udah ayo, balik.."
"Oke bro.. Hhahaha.."
"Lain kali hati-hati bro. Jaga cewek yang bener, kasihan kalau Farin terluka.." kata Fajar pada cowok Farin sambil lalu.
Farin dan cowoknya hanya bisa tersenyum. Mereka sangat berterima kasih pada Fajar dan Fauzan.
"Cowok itu beda Rin.."
"Iyaa sih. Dia konyol, tapi jarang.."
"Ngomong-ngomong, siapa namanya?"
"Namanya Fajar.."
"Oh, Fajar ya? Hhehehe.."
Fajar dan Fauzan berjalan kembali ke restoran. Disana, teman mereka sudah menyambutnya dan menyebut mereka pahlawan. Pahlawan hebat untuk Fauzan, dan pahlawan jomblo untuk Fajar. Tapi Fajar tidak memikirkan itu. Dia hanya makan karena lapar sudah terlalu banyak tingkah tadi..
"Siapa yang kamu tolong tadi?" tanya Michelle pada Fajar.
"Yang cewek namanya Farin, yang cowok sih nggak peduli namanya haha.." kata Fajar sambil makan.
"Hhahaha. Jadi pahlawan bro hari ini? Salut.." kata Ikhsan.
"Diem ah. Lagi makan nih.."
"Eh Yun, kapan lomba sepak bola antar SMA nya?" tanya Fauzan.
"Seminggu lagi. Kita tandang.."
"Ohh. Eh Jar, kamu ikut ya? Aku, Ikhsan, ma Arya juga ikut.." pinta Fauzan.
"Terserah. Kalian mau ikut, mau nggak ikut, aku nggak peduli. Yang penting makan dulu, laper banget.."
Hhahahahaha. Semua temannya disana tertawa akan tingkahnya itu. Setelah selesai makan, Fajar pun izin pulang lebih dulu.
"Aku pulang duluan ya?"
"Loh, kok nggak bareng?" kata Elaine.
"Iya, bareng aja bro sama kita.." ajak Yunanda.
"Nggak ah. Terlalu rame, males aku. Hhaha."
"Dasar geblek.." kata Fauzan.
"Hhaha. Zan, thanks ya makanannya. Kamu kan yang bayar? Aku kan nongkrong di danau nggak bawa duit, so kamu yang bayar karena kamu yang ngajakin. Hhahaha.."
"Iya bro. Beres.." kata Fauzan.
Fajar lalu pulang sendirian. Ia berjalan dari restoran ke rumahnya. Tidak terlalu jauh, hanya sekitar seratus meter saja. Ia berjalan sambil melihat indahnya bintang di malam itu. Meletakkan tangannya di belakang kepala dan menatap langit malam.
"Kapan ya aku kayak mereka? Punya pasangan sendiri-sendiri. Enak kali ya kalau nggak jomblo? Tiap hari ada yang perhatiin. Hhaha. Eh, apasih aku ini? Mikir apa aku tadi. Sialan.." pikir Fajar.
Fajar lalu sampai rumah dan langsung tertidur pulas. Ia berharap hari esok tidak menyusahkan seperti hari ini.
(skip)
Dan hari Senin pun tiba. Fajar bersiap ke sekolah.
"Senin pasti membosankan, jam pertama udah fisika. Selasa juga sama, jam pertama matematika. Rabu juga, kimia duluan. Kamis, Jum'at, Sabtu, juga membosankan. Sial. Kapan aku bisa berhenti dari hal-hal kayak gitu? Huh.." batin Fajar.
Ia lalu sampai sekolah dan mengikuti pelajaran seperti biasanya, yaitu tidur di dalam kelas. Saat istirahat, langsung pesan nasi goreng. Saat pelajaran, tidur lagi. Dan saat pulang, main ke danau. Mau kemana arah hidupnya nanti, ia belum tahu.
Hari-hari terus berlalu. Dan tidak terasa sudah hampir seminggu.
"Apa? Aku dimasukin ke tim?!" teriak Fajar.
"Iya bro. Kemarin si Yunanda yang masukin kamu.." kata Fauzan.
"Njir! Aku Jitak dia nanti.."
"Hhahaha. Nggak papalah. Lama juga kan udah nggak main bola lagi?"
"Iya sih bro. Tapi males aku. Coba kalau penontonnya cewek cantik semua, kaya Michelle, Elaine, Tya, Andela, sama Farin gitu, aku pasti semangat mainnya. Lah kalau penontonnya cewek, tapi udah tua? Masih mending cewek, lah kalau om-om? Kalau bapak-bapak? Kalau kakek? Kalau nenek? Nggak enak banget.."
Fauzan melirik Fajar singit karena mendengar kata-kata Fajar yang konyol dan tidak masuk akal itu.
"Ngapain ngelihatin aku kayak gitu? Pergi aja sono. Nggak bisa di ajak curhat.." kata Fajar.
"Habisnya nyerocos nggak jelas gitu. Mau main bola atau mau lihatin cewek cantik tujuannya?"
"Tujuanku bukan itu. Tujuanku nyari cewek. Hhahaha.."
"Dasar.." kata Fauzan.
(skip)
Hari pertandingan pun tiba. Yunanda, Fauzan, Arya, Ikhsan, dan anggota tim lainnya bersiap-siap. Mereka masih menunggu Fajar yang belum datang.
"Sen, kemana Fajar?" tanya Yunanda.
"Iya nih. Udah hampir mulai pertandingannya.." tambah Ikhsan.
"Tenang aja, dia pasti dateng kok. Dia nggak pernah ingkar janji. Yaah, walaupun dipaksa sekalipun. Hhaha.."
Mendengar itu, semua anggota tim pun bersedia menunggu Fajar. Tidak lama kemudian.
"Nah, itu dia anaknya.." teriak Arya.
Terlihat Fajar dari jauh sedang menggoda salah satu murid dari sekolah lain..
"Tapi kok sama cewek? Pasti dia lagi nyoba deketin tuh cewek.." kata Ikhsan.
"Hhaha. Iya.." kata Fauzan.
Disana..
"Ohh, namanya Manda ya? Hhehe. Namanya bagus banget.. Mau tau nggak namaku?" kata Fajar.
"Enggak juga nggak papa kok.."
"Sialan.." batin Fajar.
"Hhehe, namaku tapi bagus loh. Lebih bagus dari nama cowok-cowok di sekolahku.."
"Emang siapa?"
"Muhammad Fajar. Hhaha. Panggil aja Fajar.."
"Fajar? Kayak sebutan menjelang pagi. Hhaha."
"Sial untuk kedua kalinya." batin Fajar..
"Woii Jar! Cepet kesini! Kita udah telat.." teriak Yunanda dari kejauhan.
"Ngapain sih tuh anak, ganggu aja.." batin Fajar.
"Manda, udah dulu ya. Anak buahku udah pada manggil nih. Hhehe. Bye!" kata Fajar lalu berlari.
"Iyaa.." kata Manda.
"Cowok yang lucu. Sayang aku udah punya cowok. Hhihii.." batin Manda sambil tersenyum kecil dan melanjutkan langkahnya.
"Apa? Ada apa?" kata Fajar kepada semua rekannya dengan wajah singit.
"Ya kita mau tanding kan? Masak lupa?" kata Arya.
"Eh, siapa itu bro? Cewek baru ya?" tanya Fauzan.
"Namanya Manda bro. Lumayan sih. Hhaha. Tapi dari gayanya, kayaknya dia udah punya cowok. Nggak jadi deh. Hhaha.."
"Iya juga ya? Hhaha.."
"Iya juga apa? Tahu dari mana? Sok tahu banget.."
"Hhahahaha.." Yunanda dan Ikhsan menertawakan Fauzan.
"Yaudah ayo berangkat. Mana motornya?" tanya Fajar.
"Kita nggak naik motor. Sekolah kemarin nyewa bus untuk kita.." jelas Yunanda.
"Apa? Bus?" Fajar kaget.
"Emang kenapa kalau naik bus?" tanya Arya.
"Enggak papa kok. Hahaha."
"Apa kamu masih.." kata Fauzan belum selesai.
"Nggak. Apaan sih? Aku udah gede tahu!" elak Fajar.
"Emang ada apa sih Zan?" tanya Ikhsan.
"Nanti kamu juga tahu kok. Hhaha."
Maka semua anggota tim masuk ke bus satu per satu. Fajar masuk yang paling terakhir. Ia masih ragu ingin masuk bus atau tidak.
"Ya Tuhan, semoga tidak
terjadi hal-hal buruk kepada hambamu ini. Amin" Fajar doa dalam batin.
Tapi belum ada setengah perjalanan, Fajar sudah dilanda mabuk. Bukan mabuk asmara, melainkan mabuk bus. Semua anggota lain terus saja mentertawainya. Bagaimana bisa, anak yang jago kelahi dan berbakat seperti itu kalah dengan hal seperti ini. Hanya karena naik bus, ia mabuk. Fajar pun tidur di dalam bus. Hampir satu jam tertidur, akhirnya mereka sampai. Fauzan membangunkan Fajar. Saat Fajar bangun, ia langsung dengan cepatnya loncat keluar dari bus lewat pintu yang dekat dengannya. Fajar langsung mencari tempat sepi.
"Nah, disana ternyata ada sungai.." batin Fajar.
Ia lalu menuju ke sungai itu, dan muntah. Mualnya sudah tidak tertahankan.
"Ini kesialanku yang ketiga hari ini." pikir Fajar.
Selesai melakukan ritualnya, ia dan anggota tim bolanya pun masuk ke stadion. Mereka bersiap berganti pakaian. Sang pelatih menyuruh mereka semua berganti pakaian secepatnya agar bisa pemanasan lebih lama sebelum bertanding. Namun, Fajar justru tidur di ruang ganti. Mungkin mualnya masih belum sembuh sepenuhnya.
"Nanti kalian harus bermain dengan baik. Jangan mempermalukan sekolah kita. Di lapangan juga ada cheer leader dari sekolah ini, mereka cantik-cantik. Mungkin itu bisa membuat kalian lebih semangat.." jelas pelatih.
"Cheer leader? Mana pak? Dimana? Aku mau lihat.." Fajar yang tadinya tidur pun bangun mendengarkan itu.
"Dasar anak ini. Begitu masalah cewek aja, langsung semangat.." kata Fauzan.
Sang pelatih dan anggota tim tertawa.
"Cheer leadernya udah ada di lapangan. Tapi kita pemanasan dulu, agar nggak terjadi hal buruk saat main nanti.." tambah pelatih.
"Di lapangan pak? Oke, ayoo kesana! Hhahaha.." kata Fajar sambil berjalan keluar dari ruang ganti.
"Eh? Cepet banget gantinya?" kata Ikhsan.
"Iya nih. Udah pakai sepatu lagi. Gila.." tambah Arya.
"Hhahahaha. Kalau masalah cewek kan harus cepet. Iya kan pak? Oke, aku mulai duluan.." Fajar lalu ke lapangan.
Sang pelatih hanya tersenyum saja.
"Kalau begitu, cepet kalian susul Fajar latihan.." kata pelatih.
"Aku nggak yakin anak itu akan latihan.." bisik Fauzan ke Yunanda.
"Iya, aku juga.." bisik Yunanda.
Mereka semua pun siap, dan menuju ke lapangan untuk pemanasan menyusul Fajar yang sudah duluan..
~ Tunggu Part Selanjutnya ~
Tapi belum ada setengah perjalanan, Fajar sudah dilanda mabuk. Bukan mabuk asmara, melainkan mabuk bus. Semua anggota lain terus saja mentertawainya. Bagaimana bisa, anak yang jago kelahi dan berbakat seperti itu kalah dengan hal seperti ini. Hanya karena naik bus, ia mabuk. Fajar pun tidur di dalam bus. Hampir satu jam tertidur, akhirnya mereka sampai. Fauzan membangunkan Fajar. Saat Fajar bangun, ia langsung dengan cepatnya loncat keluar dari bus lewat pintu yang dekat dengannya. Fajar langsung mencari tempat sepi.
"Nah, disana ternyata ada sungai.." batin Fajar.
Ia lalu menuju ke sungai itu, dan muntah. Mualnya sudah tidak tertahankan.
"Ini kesialanku yang ketiga hari ini." pikir Fajar.
Selesai melakukan ritualnya, ia dan anggota tim bolanya pun masuk ke stadion. Mereka bersiap berganti pakaian. Sang pelatih menyuruh mereka semua berganti pakaian secepatnya agar bisa pemanasan lebih lama sebelum bertanding. Namun, Fajar justru tidur di ruang ganti. Mungkin mualnya masih belum sembuh sepenuhnya.
"Nanti kalian harus bermain dengan baik. Jangan mempermalukan sekolah kita. Di lapangan juga ada cheer leader dari sekolah ini, mereka cantik-cantik. Mungkin itu bisa membuat kalian lebih semangat.." jelas pelatih.
"Cheer leader? Mana pak? Dimana? Aku mau lihat.." Fajar yang tadinya tidur pun bangun mendengarkan itu.
"Dasar anak ini. Begitu masalah cewek aja, langsung semangat.." kata Fauzan.
Sang pelatih dan anggota tim tertawa.
"Cheer leadernya udah ada di lapangan. Tapi kita pemanasan dulu, agar nggak terjadi hal buruk saat main nanti.." tambah pelatih.
"Di lapangan pak? Oke, ayoo kesana! Hhahaha.." kata Fajar sambil berjalan keluar dari ruang ganti.
"Eh? Cepet banget gantinya?" kata Ikhsan.
"Iya nih. Udah pakai sepatu lagi. Gila.." tambah Arya.
"Hhahahaha. Kalau masalah cewek kan harus cepet. Iya kan pak? Oke, aku mulai duluan.." Fajar lalu ke lapangan.
Sang pelatih hanya tersenyum saja.
"Kalau begitu, cepet kalian susul Fajar latihan.." kata pelatih.
"Aku nggak yakin anak itu akan latihan.." bisik Fauzan ke Yunanda.
"Iya, aku juga.." bisik Yunanda.
Mereka semua pun siap, dan menuju ke lapangan untuk pemanasan menyusul Fajar yang sudah duluan..
~ Tunggu Part Selanjutnya ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar